Monday, July 25, 2011

Curhat

(postingan ini udah ada di draft 2 bulan cuy)

Jadi kan saya kemaren janjian ketemuan sama Shinta (kemaren = 2 bulan lalu) untuk makan-makan cantik sambil ngobrol-ngobrol asik. (-- oya Shinta itu temen senasib sepenanggungan, kita sama-sama co-founder Jantung Kecilku, dan jantung anak-anak kita sama-sama unik --) Ternyata di sesi makan siang itu bukannya ngomongin aib orang seperti yang biasa cewe-cewe lakukan tapi malah mewek-mewek-an sambil meratapi kejamnya diri masing-masing. Ngomse-ngomse kenapa sih postingan di blog ini selalu ada efek drama & air mata, suwer loh ngga maksud didramatisir...

Pertama, kita nangis-nangisan nih (Shinta sih tepatnya, saya berkaca-kaca aja, ngelesss), menghadapi kemungkinan terburuk dari yang para ahli kedokteran katakan mengenai anak-anak kita. Ya abis kayaknya orang tua lain kok pada ikhlas & berbesar hati semua ya, tapi gue & Shinta kalo diingetin dikit tentang "worst case scenario" yang ada gerung-gerung meratapi hidup. WHY GOD WHYYY?? Padahal kita sama-sama ngaku jauh lebih dekat dengan Tuhan dibanding sebelum anak kita didiagnosis PJB, tapi elmu yang namanya ikhlas tuh ya penguasaannya ngga ada kursusnya, susah!


Kedua, saat kita ngomongin penyesalan dalam hidup apakah dulu waktu pertama kali anak didiagnosis PJB pernah ada rasa menyesal? Jawabannya: iya.
(backsound orang ngedumel "dasar ibu-ibu tipis iman!")
Maksudnya sempet lah ngebayangin apa ya yang kira-kira bisa terjadi kalo anak gue ngga punya PJB, mungkin dia lagi ikut sekolah sepakbola, mungkin kita lagi jalan-jalan ke luar negeri tanpa harus takut saturasinya turun di pesawat, dan mungkin hidup kita "less stressful"..

Dan yang terakhir adalah tentang perasaan IRI.
Ternyata bbm dari temen yang berisi tulisan: "Telah lahir anak pertama dari blablabla.. Baik ibu dan anak dalam keadaan sehat" --- gitu aja bisa bikin kita jelessss setengah mati. Hanya dengan baca kata SEHAT doang. Langsung berasa dunia gelap gulita!
Bahkan kita kadang mengharapkan orang lain tidak "sebahagia" itu pada saat anaknya lahir. Mengharapkan ada sedikit rasa sedih saat anaknya lahir...

Saat itu baru sadar kok kita jahat banget, berusaha jujur, tapi jahat dan kejam banget. Somehow ada perasaan lega karna bisa ketemu orang yang senasib dan sepemikiran, tapi pasti ada kekhawatiran, kok gue bisa-bisanya sih kayak gini? Sedih aja kenapa bisa terlintas hal seperti ini..

Apakah cuma kita aja atau para orang tua lain yang punya anak special needs juga kayak gini juga? Perasaan orang-orang lain yang anaknya autis, anaknya down syndrome, lebih terlihat sebagai supermom dibanding saya deh.. Saya ngga ada tai-tainya dibanding mereka yang tough dengan senyum menghadapi dunia.. Kadang mikir, kalian ngga bohong kan? beneran tegar kan? bukan pencitraan kan? Emang seiring waktu lebih bisa santai sih, tapi tetep aja perasaan sedih itu kadang muncul..

Ya udah sih gitu aja,
sometimes I feel the truth is more cruel than any lie.
Hiks.

8 comments:

  1. Yaoloh Gemma, *ikutan berkaca-kaca*, sabar ya gem.. Balasan buat ibu yang sabar dan ikhlas pasti surga.. *peluk* btw oot nih, gemma yang nulis blog sama ga sih sama yang di twitter?

    ReplyDelete
  2. @Nadia:
    Hahahahaha, sama tauuu.. Walaupun di twitter terlihat seperti alter-ego ya?
    Maksudnya kan malu kalo curhits disana, ntar jd mirip kultwit atau pake twitlonger dong (amit-amit)..
    Nanti kalo gue jd ke melbern kita bersua ya..

    ReplyDelete
  3. HAHAHAHA..!!! Setuju sama komennya Nadia. Koq terlihat sungguh beda ya Gemma yang di sini sama Gemma yang di twitter. Udah periksa ke psikiater kan Gem? *schizophrenia alert*

    Btw, IMHO, it's normal to think like you did above. I don't have the rights to say "I feel you" because I don't have the same experience as you do. But as fellow mom, I know the feeling when you want your kid to be like other kids, and other kids to be like yours. Men always crave for normalcy, when the term itself is so ambiguous. *note to myself*

    Peluk Yardan aahh... :)

    ReplyDelete
  4. @ira: Ini lagi ikut-ikutan.. Hahaha.. Kan twitter buat hura-hura dan ajang seneng-seneng, kalo sini drama biar dikasihani & pencitraan (soalnya mak babe gue sering ngintip!). Kan imbang duniawi tuh kalo gitu..
    Untuk tulisan di paragraf 2 yg lo tulis, gue bacanya terharuuu.. Hiks.
    Pengalaman kayak gini bener2 bikin gue ga bisa menyamaratakan tiap anak, dan bikin gue makin percaya bahwa tiap anak itu spesial *barney mode on*

    Kalo kategori normal sendiri itu kan sebenernya kondisi rata-rata, kalo anak gue ada di lingkungan yg seluruhnya punya pjb juga dia termasuk normal. Berhubung dese mainnya sama anak non-pjb jadi ya dia ada di luar rata-rata itu, itu sih yg kadang stressful liatnya.. (Gimana sih, udah bagus bukan rata-rata malah mau masuk ke kelas rata-rata, hahaha)

    ReplyDelete
  5. The unique-hearted boy couldn't have chosen a better mother to take care of him. He knows that you're the one :)

    ReplyDelete
  6. @bolissa:
    Bol, dulu gue sempet mikir kalo I don't want to be the chosen one. Kalo jabatan seperti itu spesial, gue lebih milih yg biasa-biasa aja & ngga pake spesial-spesialan.
    Sekarang sih udah yaqin-suyaqin kalo gue itu ibu yg paling pantes deh buat si bocah, hahaha.
    Btw, thanks for reminding me bol, love ya, xoxo to da max!

    ReplyDelete
  7. Idem kayak Boli! Lagian ya, walopun Yardan mungkin diberi secuil kekurangan dalam hal kesehatannya, tapi pasti di hal-hal yang lain dia diberi kelebihan.. PASTI! Contohnya ya dari kehumorisan dan perbendaharaan kata yang dia kuasai itu... Pokoknya aku C.I.N.T.A. sama Yardan!! *Yardan juga cinta aku kaaann??*

    ReplyDelete
  8. @Fry:
    Tapi fry, gue udah mulai terganggu dengan perbendaharaan kata ajaibnya itu, jadi kayak anak kampung dari mana gitu deh, hiks..
    Dia malah jadiin senjata buat caper, grrr...

    Iya ya, kamu lagi jadi tante favorit untuk saat ini, jarang lo dia goler-goler manja kayak kemaren..

    ReplyDelete